Jenis-jenis penyakit menular dan cara pencegahannya
Epidemiologi Penyakit Menular
Penyakit Malaria
Definisi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dan genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memilliki endemisitas tinggi
Agen Penyakit Malaria
Agen penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmo didae, dan order cocidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaittu :
- Plasmodium falciparumMenyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
- P. vivaxMenyebabkan malaria vivax disebut juga malaria tertiana benigna (jinak)
- P. malariaeMenyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae
- P. ovaleJenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di afrika dan pasifik barat, menyebabkan malaria ovale
Masa inkubasi malaria atau warna antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. Falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P.malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivaz di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah maka inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dans biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bula. Dosis pengobatan yang tidak kuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.
Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan sebagai patogenesis penyakit infeksi pada umumnya melibatkand faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan kerja. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama slain, dan menentukan manifestasi klinis smalaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat, yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria dberat), malaria ringan tandpa komplikasi, atau yang paling rinagan, yaitu infeksi asimtomatik.
Tanda dan gejala klinis smalaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia pendertia, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalahd penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demantifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Incidence-nya rendah.
Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sekali dari demam. Gejala klinis malaria antar lain sebagai berikut :
- Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat
- Nafsu makan menurun
- Muall-mual kadang-kadang diikuti muntah
- Sakit kepalla yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum
- Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa
- Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan
- Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekuarangan darah ( anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria
Malaria menunjukan gejala-gejala yang khas, yaitu:
- Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium, dtadium kedinginan, stadium panas dan stadium berkeringat
- Splenomegali (pembengkakan limpa)
- Anemi yang disertai malaise
Serangan malaria biasanya berlansung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
- Stadium dinginStadium ini mulai dengan menggigil dan [erasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segalla macam pakaian dan selimut yang tersedia n adi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlansung antara 15 menit sampai 1 jam
- Stadium demamSetelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlansung antara 2 saampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam alran darah.Pada P.vivax dan P. ovale skizon-skizon dari setiapf generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap ttiga terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana fbersumber dari fenomena ini. Pada P. malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
- Stadium berkeringatPada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badannya meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyhak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlansung antara 2 sampai 4 jam.
Penularan Malaria
Dikenal adanya berbagai macam penularan malaria :
- Penularan secarah alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anophles betina yang infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian naymuk menggigit orang sehat, maka memalalui gigitan tersebut ditularkan ke orang lain. - Penularan yang tidak alamiah
Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang beri dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
Secara mekanik
Penularan terjadi memllalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntuik yang tidak stteril.
Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P. gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi)
Pencegahan Malaria
1. Pencegahan Primer
a. Tindakan terhadap manusia
1. Pencegahan Primer
a. Tindakan terhadap manusia
- Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang tanda dan gejala malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.
- Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan diri, dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria
- Proteksi pribadi, seseorang harusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
- Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai senja sampaid subuh di saat nyamuk anopheles umumnya menggigit.
b. Kemoprofilaksis ( tindakan terhadap plasmodium sp )
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidakd daapt menghilangkan sepenuhnya resiko terkena infeksi. Diperlukan upaya tambahan yaitu Kemoprofilaksis untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat anti malaria yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokum, meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untuk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa adalah 100 gram basa.
c. Tindakan terhadap vektor
- Pengendalian secara mekanis dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga dimusnahkan, misalnya dengan mengeringkan genangan airr yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan manusia, misalnya memberi kawat naymuk pada jendela dan jalan angin lainnya.
- Pengendalian secara biologis. pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan mahluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi nyamuk terjadi secara alami tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan sehingga streil dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini sudah dapat dibiakkan dand diproduksi secara komersial berbagai mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri yang banyak digunakan, sedangkan Heterorhab ditis termasuk golongan cacing nematode yang mampu memberantas serangga.
- Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian serangga menggunakan insktisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimia yang dbersifat sebagai pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian serangga secara kimiawi berkembang pesat.
2. Pencegahan Sekunder
a. Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan/atau RDT(Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan laporan kunjungan kasus malaria.
b. Diagnosa dini
- Gejala klinis
Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan nermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan Fisik berupa :
- Demam (pengukuran dengan thermometer (37.5 °C)
- Anemia
- Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali) - Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan mikroskopis
- Tes diamostik cepat a9RDT, Rapid diagnostic Test) - Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuab untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobim, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
c. Pengobatan yang tepat dan adekuat
Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapt diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup.
3. Pencegahan Tertier
a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P. Falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsu organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penganan mallaria bera:
- Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
- Penganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas
- Tindakan suprtif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk mencegah memburuknya funsi organ vital
b. Rehabilitasi mental/psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria, memberikan dukungan moril kepada penderita dan kelluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.
Tuberkulosis (TBC atau TB)
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis menunjukan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tubercolosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.
Tuberkolosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bekteri Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkab oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskand pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh sperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok , Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja. Dimana penyakit tidak menampkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan Hepatitis A.
Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh campak (measles) dan cacar air (chickenpox).
Penyakit yang menunjukan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh Rabies dan Tetanus pada bayi.
Tuberkulosis sendiri masuk ke dalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1 dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau hanya disertai gejala ringan saja. Bentuk patogenitas tubercuosis rendah sehingga hanya sebagian kecill saja penderita yang menampakan diri secara klinis atau tidak mempunyai gejalla klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Bentuk penyakit tubercoulosis seperti bentuk gunung Es (iceberg), dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecill saja dari keseluruhan.
Gejala sistemik/umum
Tuberkolosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bekteri Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkab oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskand pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh sperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok , Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja. Dimana penyakit tidak menampkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan Hepatitis A.
Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh campak (measles) dan cacar air (chickenpox).
Penyakit yang menunjukan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh Rabies dan Tetanus pada bayi.
Tuberkulosis sendiri masuk ke dalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1 dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau hanya disertai gejala ringan saja. Bentuk patogenitas tubercuosis rendah sehingga hanya sebagian kecill saja penderita yang menampakan diri secara klinis atau tidak mempunyai gejalla klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Bentuk penyakit tubercoulosis seperti bentuk gunung Es (iceberg), dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecill saja dari keseluruhan.
Gejala Penyakit tuberkulosa ada dua yaitu gejala umum dan khusus
Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlansung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbull.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu ( dapat disertai dengan darah )
- Perasaan tidak enak (malas) lemah
Gejala Khusus
- Terkadang daro organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas mellemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan kelluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengnai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut juga sebagai meninggitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Sumber penularan adalah penderita TB BAT aktif. Sewaktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan keuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau Droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran lansung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat hasil pemeriksaan dahak, makain menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi Tb ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Metode Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
a. Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditunjukan pada host, agent dan lingkungan. Contohnya :
- Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tubercullosis yaitu mencoba bacterium tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi terhadap penderita tuberkulosa seelama menjalani proses pengobatan.
- Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.
- Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.
- Tidak membiarkan penderita Tuberkulosis tinggal serumah dengan bukan penderita karena bisa menyebabkan penularan
- Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkullosa definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti imunisasi BCG, dan pengobatan Tuberculosis paru.
b. Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini ditujukan pada mereka yang mendrita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa (masa tubas). Contohnya :
- Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin.
- Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
- Diagnosa dengan tes tuberculin
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
- Melakukan foto thorax
- Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa
c. Pencegahan tertier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologi dan siosialnya.
- Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan seccara sistematis dan berjenjang
- Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan
- Kadang-kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelaianan bentuk tulang belakang.
HIV/AIDS
Di Indonesia HIV (Human Immuno De Finieny Virus) telah menjadi epidemi yang angkanya cukup tinggi diseluruh asia. Saatini, epidemi HIV masih terkonsentrasi dengan tingkat penularan yang rendah pada populasi umum, namun tinggi pada populasi-populasi tertentu. Ancaman epidemi tersebut telah terlihat melallui data infeksi HIV yang terus meningkat khususnya pada kellompok beresiko tinggi dibeberapa daerah.
Diperkirakan pada 2010 ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS (Acquired Immune Defiency Syndrome). dan sekitar 1 juta orang mengidap HIV. Memang penularan HIV tidaklaj memandang usia, agama, status sosial, pendidikan, jenis kelamin, ataupun lainnya. Kurangnya informasi dan pengetahuan serta kesadaran masyarakat yang rendah tentang kesehatann reproduksi adalah salah satu sebab tingginya penularan virus tersebut.
Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi bisa jadi salah satu tahap untuk mencegah semakin meluuasnya penularan HIV. Selain pendidikan kesehatan reproduksi termasuk pada remaja, cara lain yang dapat dilakukand adalah intensifikasi terapi lanjut bagi HIV positif, pencegahan komplikasi pada penderita, perbaikan fasilitas kesehatan, serta penurunan beban sosial atau diskriminasi bagi penderita.
Umumnya upaya pencegahan penularan HIV dilakukan memalui tiga tahap, antara lain :
- Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit. Pencegahan ini melliputi dua hal, yaitu :
Peningkatan kesehatan, misalnya : dengan pendidikan keseehatan reproduksi tentang HIV/AIDS standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas, secreening, dan sebagainya. Perlindungan khusus, misalnya : imunisasi, kebersihan pribadi atau pemakaian kondom. - Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan kemungkinan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit, atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain. - Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan mengalami ketidak mampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ke tidak mampuan melalui intervensi yang bertujuan mencegah kompllikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier di tujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada perbuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA mencapai tingkatt fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perwatan ini disebut juga perawatan preventive., Karena di dalamnya terdapat tindakan pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktifitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan penyakit lain ke dalam pendereita HIV/AIDS. Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan sangat retan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa jadi dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah dilakukan secara internasioanal sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini meliputi :
A: abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks beresiko tinggi dan seks pranikah
B: be faithful, bersikap salsing setia dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap.
C: Kondom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk para penjaja seksual
D: drugs, hindari pemakaian narkoba suntik
E: equipment, jangan memakai alat suntik bergantian
Terakhir, pendekatan agama bagi sebagain besar masyarakat juga merupakan pendekatan yang penting sebab dengan meningkatkan ajaran agama dan nilai budaya diharapkan perilaku hubungan seks beresiko dapat dikurangi termasuk dikalangan muda-mudi, sehingga angka pertumbuhan HIV dapat menurun.
Diare
Pengertiand Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali sehar, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, diseentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek samspai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasansya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada. Pada penderita dan berlansung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlansung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada. Pada penderita dan berlansung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlansung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita, yaitu :
- Tidak memberikan asi secara penuh 4-6 bulan pertama pada kelahiran. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar dari pada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar
- Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencermaran oleh kuman karena botol susu dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dillingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman / bakteri penyebab diare. Sehingga baita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
- Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak.
- Menggunakan air minum yang tercemar
- Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum mekan dan menyuapi anak.
- Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan dilapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut :
1. Infeksi yang dapat disebabkan :
- Bakteri, misal : Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas
- Virus, misal : Rota virus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus
- Parasit : cacing perut, ascaris, trichiuris, strongyloides, balstistis huminis, protozoa, entamoeba histolitica, giardia labila, belantudium coli dan crypto.
2. Alergi
3. Malabsorbsi
4. Keracunan yang dapat disebabkan:
- Keracunan bahan kimia
- keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi : jasat renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran
5. Imuno defisiensi
6. Sebab-sebab lain (widaya 2004)
Departemen kesehatan RI (2000), mengklasifikasina jenis diare menjadi empat kelompok yaitu :
- Diare akut : yaitu diare yang berlandung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari )
- Disentri : yaitu diare yang disertai darah dalam tinja
- Diare persisten : yaitu diare yang berlansung lebih dari 14 hari secara terus menerus,
- Diare dengan masalah lain : anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan :
- Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basah yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia
- Gangguan siekulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah
- Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah
Diare mengakibatkan terjadinya :
- Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan asidosis metabolik
- Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan apabila tidak cepat diobati penderita dapat meninggal
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah, kadang-kadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak atau yang seebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikimia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dn koma.
Gejala Diare
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kaium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat diklaisifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto,2002)
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai muntah, badan lesuh dan lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurun nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami saksit perut dan kejang perut, serta gejala-gejalla lain seperti glu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Dehidrasi merupakan gejala yang seegera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya. Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.
Pencegahan Penyakit Diare
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkand daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia 9 bullan.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dari komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah jangan sampai mengalami kecatatan dans kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembakkian fungsi fisik, psikoloogis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya efek samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetapd memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan spikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia 9 bullan.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dari komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah jangan sampai mengalami kecatatan dans kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembakkian fungsi fisik, psikoloogis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya efek samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetapd memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan spikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
ReplyDelete