Monday, August 8, 2016

Materi Teknik Teknik Bimbingan dan Konseling

Bab I

Latihan Keterampilan Dasar Konseling


Berikut keterampilan dasar konseling yang umum digunakan oleh seorang konselor dalam melakukan proses konseling 


  1. Opening 

    Pada awal pertemuan konseling, konselor membuka dengan menciptakan repport (hubungan baik/hubungan yang erat antar konselor dan klien), menerima dengan tulus, bersikap hangat dan memperhatikan secara mendalam.

    Tujuan dari keterampilan opening adalah klien dapat percaya pada konselornya, konselor dapat menghangatkan suasana karena bias jadi klien takut atau grogi ketika menemui konselor.

  2. Acceptance ( penerimaan )

    Keterampilan Acceptance berarti konselor dapat menerima klien apaadanya walaupun tidak berarti menyetujuinya. Menurut Carl Rogers, kondisi ini disebut pula dengan uncondition positive regard, yaitu menerima atau menghargai tanpa syarat atau tanpa berbuat terlebih dahulu.


  3. Restatement ( pengulangan ) 

    Konselor mengulangi sebagaian atau seluruh pernyataan klien, tidak menambah atau mengurangi maknanya

  4. Reflection of Felling (pemantulan perasaan )

    Konselor nenyatakan perasaan atau sikap yang ada dibalik pernyataan klien. Kata-kata perasaan yang sesuai dengan perasaan klien sebenarnya tidak terlalu dalam atau terlalu lemah.

    Keterampilan ini menjadi penting bagi konselor karena :
    - Klien bisa jadi tidak memahami apa yang dirasakannya yang pantulan atas permasalahan yang di alami, sehingga konselor perlu memberitahukan kepada konselor bagaimana dan apa yang sebenarnya dirasakan klien.
    - Konselor pada saat itu melakukan interpretasi atas perasaan klien, bisa jadi interpretasi konselor berbeda dengan kondisi yang dialami klien.

  5. Clarification

    Konselor menangkap makna isi dari pernyataan klien. Selanjutnya, konselor menyatakan kembali pernyataan klien tersebut. Namun pernyataan baru yang lebih segar dan berbeda sebelumnya tetapi dengan subtansi yang sama.
  6. Structuring (pembatasan)

    Konseling merupakan pembicaraan yang memiliki arah tujuan tertentu, bukan pembicaraan biasa. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diatur menyangkut waktu, topik, problem dan perbuatan.

    Ada 4 macam Structuring :
    - Stucturing Time limet
    Waktu konseling diatur setiap pertemuan sekitar 45-60 menit
    - Structuring Topik Limit/Problem
    Isi pembahasan selama konseling dibatasi pada topik-topik tertentu atau membahas permasalahan tertentu. Tujuan dari keterampilan ini agar klien dapat memahami permasalahan apa saja yang dihadapi saat ini dan proses conseling fokus pada pemecahan masalah klien, tidak melebar pada hal-hal yang kurang hubungannya dengan permasalahan klien.
    - Structuring Action Limit
    Selama proses konseling, perbuatan klien dibatasi apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
    - Structuring Role Limit
    Menjelaskan tentang peran konselor dan klien pada sesi/selama dan sesudah proses konseling. Konselor menjelaskan kode etik konseling sementara klien diminta partisipasinya dalam proses konseling.
  7. Lead ( pengarahan)

    Secara bahasa, Lead berarti memimpin / mengarahkan.  Di dalam konseling cara untuk memimpin atau mengarahkan klien dalam proses konseling menggunakan pertanyaan.
    Lead dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
    - Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang hanya perlu dijawab dengan kalimat pendek, misalnya siapa yang terlibat? atau apakah masalahnya? atau jawaban "iya" atau "tidak"
    - Pertanyaan terbuka dapat mendorong klien menjelaskan atau memberi informasi yang maksimal.
  8. Reassurance (penguatan/dukungan)

    Reassurance merupakan listening response, atau respon yang diungkapkan oleh konselor pada saat klien berbicara atau bercerita.
    Reassurance dibagi menjadi 3 yaitu :
    - Prediction Reassurance
    Ketika klien menyatakan ia akan melakukan suatu rencana tindakan yang positif, maka konselor dapat mendukung pernyataan klien tersebut atau memberikan suatu keyakinan bahwa ia bisa melakukan tindakan tersebut.
    - Postdiction Reassurance
    Semula klien merasa takut untuk menghadapi sesuatu, tetapi dengan keberaniannya ternyata ia berhasil juga menyelesaikah tugas selama ini yang ia takutkan
    - Factual Reassurance
    Pada saat klien mengatasi musibah, misalnya, konselor dapat membantu meringankan beban klien dengan memberikan dukungan faktual bahwa apa yang dialami klien juga dapat dialami oleh orang lain dan merasakan seperti apa yang dirasakan klien saat ini
  9. Silence ( diam )

    Teknik silence digunakan konselor ketika klien pun sedang diam. Klien menjadi diam dalam suatu percakapan, disebabkan:
    - Klien kehabisan energi untuk melanjutkan pembicaraan
    - Klien tidak tahu apa yang harus diungkapkan berikutnya
    - Klien mengalami resistensi (keraguan/ketidak percayaan terhadap konselornya)
  10. Advice (saran/nasehat)

    Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk memberikan nasehat kepada klien agar klien menjadi jelas / lebih pasti tentang apa yang hendak ia lakukan
    Dalam penggunaanya, keterampilan ini ada 3 tingkatan :
    - Alternative advice (explanatory)
    Keterampilan ini diberikan apabila klien tahu kelebihan dan kekurangan setiap alternatif pilihan
    - Persuasive advice
    Keterampilan ini diberikan apabila klien mengetahui sedikit kelebihan dan kelemahan dari setiap pilihan
    - Direct aadvice
    Apabila klien sama sekali tidak tahu tentang pilihan yang sehatus ia ambil/tidak tahu apa yang akan dilakukannya, maka konselor memberikan nasehat secara lansung kepada klien.
  11. Confrontation (pertentangan)

    Keterampilan digunakan untuk menunjukan kesenjangan yang membuat klien menjadi mendeg (tidak berkembang). Konselor menghadapi klien yang plimplan atau tidak konsisten, kurang jujur pada diri sendiri atau pada konselor.
    Kesenjangan itu adalah :
    - Antara 2 pernyataan (menyatakan hal yang berbeda dalam satu sesih)
    - Antara apa yang dikatakan dan dilakukan
    - Antara pernyataan dan tingkah laku non verbal (apa yang dikatakan berbeda dengan bahasa tubuhnya)
    - Antara pernyataan dengan konteks/situasi yang sebenarnya terjadi
    - Antara pernyataannya dengan pernyataan orang lain (dua/lebih dari dua orang)
  12. Rejection (penolakan)

    Konselor melarang klien secara tersamar (lunak/halus), atau secara lansung (keras), apabila :
    -  Klien melakukan sesuatu yang membahayakan / merugikan dirinya.
    -  Klien mengungkapkan suatu kata-kata yang tidak sopan
    - Klien berencana melakukan sesuatu yang merugikan dirinya, mengambil keputusan yang salah secara normative (moral, hukum dan agama)
  13. Sumarry ( Ringkasan/Kesimpulan )

    Konselor dan klien membuat kesimpulan dalam proses konseling
    - Summary bagian
    Kesimpulan tentang suatu data/sekolompok data dalam satu proses konseling
    - Summary akhir
    Simpulan akhir untuk mengakhiri proses konseling
  14. Termination (pengakhiran)

    Mengakhiri konseling untuk maksud lanjutan pada pertemuan berikutnya atau sudah benar-benar berakhir, caranya :
    - Time limit (berpedoman pada batas waktu ideal 45-60 menit)
    - Gunakan summary akhir
    - Mengacu pada pertemuan yang akan datang ( kapan, dimana, topik yang akan dibahas)


Bab II

Pendekatan Non Direktif


A. Hubungan Konseling Non Direktif
  1. Hubungan Non Direktif menempatkan klien pada kedudukan sentral
  2. Konselor hanya berperan sebagai pendorong situasi yang memungkinkan klien untuk berkembang.
B. Dasar Pandangan Non Direktif Tentang Individu

Konseling Non Direktif dikembangkan oleh Carl R. Rogers guru besar psikologi dan Psikiantri Universitas Wiskonsing dipandang sebagai bapak konseling Non Direktif .

Dasar filsafat Rogers mengenai manusia berorientasi kepada filosofi humanistic antara lain : 
  1. Inti sifat manusia adalah positif, sosial, menuju kemuka, dan realistik
  2. Manusia pada dasarnya adalah kooperatif konstruktif dan dapat dipercaya
  3. Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar untuk mengaktualisasi diri, berprestasi, mempertahankan diri.
  4. Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan membuat pemilihan yang benar, apabila dia diberi situasi yang bebas dari ancaman. 
Pokok-pokok teori Rogers 

Ada 3 teori kepribadian menurut Rogers yang mendasari tehnik konseling non direktif antara lain : 
  1. Organisme yaitu totalitas individu yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
    - Bereaksi secara keseluruhan
    - Memiliki motif dasar
    - Organisme kemungkinan dilambangkan pengalaman - pengalamannya.
  2. Medan Phenomenal adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialaminya 
  3. Self merupakan bagian yang dari medan Phenomenal, yang berisi pole pengalaman dan penilaian yang sadar dari subjek.
Teori Kepribadian Rogers

Memandang manusia sebagai mahluk sosial, maju terus rasional, dan realistik.


C. Karakteristik Konseling Non Direktif


Karakteristik utama dari konseling Non Direktif, Masing-masing menekankan pada :
  1. Tanggung jawab dan kemampuan klien dalam menghadapi kenyataan
  2. Pengalaman-pengalaman sekarang
  3. Konseling Non Direktif tidak bersifat dragmatis
  4. Konseling Non Direktif menekankan pada presepsi klien
  5. Tujuan Konseling Non Direktif ada pada diri klien dan tidak ditentukan oleh konselor.

D. Tujuan Konseling Non Direktif

Secara umum tujuan dasar dari pendekatan konseling Non Direktif ialah sebagai berikut :
  1. Membebaskan klien dari beban psikologis yang dihadapinya
  2. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien
  3. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain dan memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
  4. Memberi kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah bagian dari suatu lingkup sosial budaya yang luas namun tetap memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri
  5. Menumbuhkan suatu keyakinan pada klien bahwa dirinya terus bertumbuh dan berkembang

E. Langkah-langkah Konseling Non Direktif

Menurut Carl R. Rogers ada 12 langkah-langkah yang dapat dipakai dalam pelaksanaan Konseling Non Direktif antara sebagai berikut :
  1. Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara terbuka
  2. Merumuskan bantuan situasi bantuan
  3. Konselor mendorong klien untuk mengungkap perasaannya secara bebas berkaitan dengan masalahnya
  4. Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan-persaan klien yang sifatnya negatif
  5. Apabila perasaan-perasaan dari negatif dari klien telah sepenuhnya terungkap maka secara psikologis bebannya melai berkurang
  6. Konselor menerima perasaan-perasaan negatif yang diungkapkan oleh klien
  7. Saat pencurahan perasaan itu diikuti dengan perkembangan yang berangsur-angsur tentang wawasan klien mengenai dirinya, dan menerima diri
  8. Mulai membuat suatu keputusan untuk melakukan sesuatu dan melangkah untuk memikirkan tidakan selanjutnya
  9. Mulai melakukan tindakan-tindakan positif klien 
  10. Pertumbuhan atau perkembangan lebih lanjut wawasan klien
  11. Meningkatkan tindakan-tindakan positif pada diri klien
  12. Mengurangi ketergantungan klien atas bantuan konselor, dan memberitahukan kepada klien secara biksana bahwa konseling itu perlu diakhiri.

Bab III
Pendekatan Psikoanalisis


A. Definisi Pendekatan Psikoanalisis

Psikoanalisis merupakan satuan metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik, psikoanalisis meriupakan psikologi ketidak sadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik simptom-symptom neurotic, mimpi-mimpi, sifat karakter, psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama dari psikoanalisis adalah Sigmun Freud. Menurtu Freud teori kepribadian menyangkut hal :

Struktur Kepribadian, yang terdiri sebagai berikut :
  • Id (aspek biologis kepribadian)
    adalah aspek biologis kepribadian yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Maksudnya bahwa Id itu merupakan seumber dari insting kehidupan atau dorongan biologis yang menggerakan tingkah laku. 
  • Ego ( aspek psikologis pendidikan)
    Merupakan eksekutif atau manajemen dari kepribadian yang membuat keputusan tentang insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.
  • Super ego ( Aspek sosiologis kepribadian )
    merupakan komponen kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik, buruk dan benar, salah
  • Dinamika Kepribadian
    Insting
    Merupakan kumpulan hasrat atau keinginan manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau negatif. Insting mempunyai 4 karakter yakni sumber, tujuan, objek dan pendorong 
  • Kecemasan
    Dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian. Kecemasan ini mempunyai peranan sentral dan psikoanalisis, kecemasan digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang mengancam.
Dimanika kepribadian memandang cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh Id, Ego, Super Ego. biasanya ada struktur imajinasi yang berkaitan dengan dinamika kepribadian, adanya kolerasi antara hubungan eksternal dan internal.

Perkembangan Kepribadian

Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah belajar tentang cara baru untuk meredup ketegangan dan memperoleh kepuasan. Ketegangan bersumber pada aspek pertumbuhan, frustasi, konflik dan ancaman. 

B. Perilaku Bermasalah 

Mekanisme mempertahankan diri boleh dilakukan individu tetapi jika telah menjadi kecenderungan individu setiap mengalami masalah atau kegagalan memenuhi keinginannya dan selalu puas dengan cara ini maka akan menjadi perilaku bermasalah dalam penyesuaian diri dalam jangka panjang akan membentuk perilaku abnormal. 

Dalam Psikoanalisis terdapat 2 faktor yang menyebabkan perilaku abnormal "
Dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego, dan Super Ego.
Diperoleh dari proses sejak kecil 


C. Tujuan Konseling 


Secara umum tujuan konseling adalah mengubah perilaku dalam pengertian yang sangat luas. Dalam pandangan psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat. Tujuan ini secara rinci dikemukakan oleh nelson jones (1982) dalam 3 hal yaitu : bebas dari impuls memperkuat realitas fungsi ego, dan mengganti super ego sebagai realitas kemanusiaan dan bukan sebagai hukuman standar moral. 

D. Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis


Adapun teknik-teknik psikoanalisis adalah sebagai berikut :
  1. Asosiasi Bebas
    Prosedurnya konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pikiran sehari-hari da sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dikesadarannya.
  2. Interprestasi
    Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penejlasan dan mengajar kepada klien tentang makna perlaku dimanifestasi dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan terapeutik itu sendiri.
  3. Analisis Mimpi
    Merupakan prosedur untuk membuka hal-hal yang didasari dan membantu klien untuk merperoleh tilikan kepada masalah yang belum terselesaikan
  4. Analisis Interprestasi Tranferensi
    Transferensi (pemindahan), muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan masa lalu klien yang tidak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibu atau ayahnya dan orang lain. 
  5. Analisis dan Interprestasi reasistensi
    Freud memandang resistensi sebagai dinamika yang tidak didasari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan diri terhadap kecemasan. Interprestasi Konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.

Bab IV

Pendekatan Rasional Emotif Behavior


Albert Ellis adalah peletak dasar REBT. Ellis adalah klinisi yang mulai mengembangkan teorinya sejak 1955. Dia menyusun REBT berdasarkan hasil pengamatannya bahwa banyak anak yang tidak mencapai kemajuan karena dia tidak memiliki pemahaman yang tepat dalam hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang dialami.

A. Teori Kepribadian

Untuk memahami dinamika kepribadian dalam pandangan REBT, perlu memahami konsep-konsep dasar yang dikemukakan Ellis. Menurut Ellis (1994) ada 3 pilar yang membangun tingkah laku individu diantaranya:
  1. Antecedent event, yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu
  2. Belief yaitu keyakinan, pandangan, nilai diri individu terhadap suatu peristiwa
  3. Emosional concequence, merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat ataru reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event.
B. Hakikat manusia

  1. Manusia tidak dikonsepkan bias baik biasa buruk tetapi melalui pengalaman, organisme mempunyai kopetensi untuk semua jenis jabatan
  2. Manusia dapat menkonsepkan dan sekaligus mengontrol tingkah laku sendiri
  3. Manusia dapat mengembangkan tingkah laku baru
  4. Manusia dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain dan sebaliknya
C. Perilaku Bermasalah 

Perilaku yang salah adalah perilaku yang didasari pada cara yang irrasional. Albert Ellis (1994) Mengemukakan indikator keyakinan irrasional yang berlaku secara universal. 
Indikator-indikator orang yang berkeyakinan irrasioanal sebagai berikut:
  1. Pandangan bahwa suatu keharusan bagi orang dewasa untuk dicintai orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
  2. Pandangan bahwa kesengsaraan manusia selalu disebabkan oleh faktor eksternal dan kesengsaraan itu menimpa kita melalui orang lain atau peristiwa
  3. Pandangan bahwa segala sesuatu berbahaya atau menakutkan, terganggu dan tidak akan berakhir dalam memikirkannya
  4. Pandangan bahwa kita mudah menghndari berbagai kesulitan hidup dari tanggung jawab dari pada berusaha untuk menghadapinya

D. Karakteristik Keyakinan Yang Irrasional


Nelson Jones (1982) mengemukakan karakteristik umum cara berpikir irrasioanl yaitu :
  1. Terlalu menuntut
  2. Generalisasi secara berlebihan
  3. Penilaian diri
  4. penekanan
  5. Kesalah atribusi
  6. Anti pada kenyataan
  7. Repetisi

E. Tujuan Konseling Rasioanl Emotif Behavior Teraphy


Dalam konteks teori kepribadian, tujuan keonseling REBT merupakan efek yang diharapkan terjadi setelah dilakukan interfensi oleh konselor. Efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling. Tujuan dari konseling REBT adalah membentuk pribadi rasioanl dengan jalan mengganti cara-cara berpikir yang irrasional. 


F. Teknik-tekni Konseling REBT


a. Teknik Emotif
  • Assertive Emotif (afektif)
    Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiaskan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan
  • Bermain peran
    Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan-perasaan negatif melalui suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
  • Imitasi
    Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud mengahadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
b. Teknik behavioristik
  • Reinforcement
    Teknik untuk mendorong klien kearah ingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun hukuman
  • Social Modeling
    Teknik untuk membentuk tingkah laku baru pada klien
c. Teknik kognitif
  • Home work assignment
    Teknik yang dilakukan dalam bentuk tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pada tingkah laku yang diharapkan
  • Latihan assertif
    Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengespresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.

Bab V

Pendekatan Realitas


A. Definisi Pendekatan Realitas


Tokoh dalam pendekatan realitas adalah William Glaser, ia lahir pada tahun 1925., serta meraih gelar insinyur kimia pada usia 19 tahun dan dokter pada usia 28 tahun. Kemudian ia mengikuti psikantri dipusat administrasi veteran Los Angles.

Pendekatan realitas merupakan bentuk terapi yang berorientasi pada tingkah laku sekarang dan pendekatan realitas merupakan proses rasional. Reality therapy memandang konseling sebagai suattu proses yang rasioanal, tetapi realitas adalah bentuk modifikasi tingakah laku karena dalam penerapan-penerapan institusional merupakan tipe pengkoordinasian operan yang tidak ketat.

B. Perilaku bermasalah
Apabila individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan, presepsi tentang kenyataan akan kacau hal ini disebabkan oleh :

  1. Tidak pernah belajar bertingkah laku secara bertanggung jawab
  2. Kegagalan orang tua, guru, dan suasana sekolah memenuhi kebutuhan cinta anak
  3. Kegagalan individu memperoleh hubungan baik dengan orang-orang yang baginya amat penting.

C. Hakikat Manusia Pada Pendekatan Realitas


Adapun menurut Latipun (2006) yang mengutip dari Glasser bahwa hakika manusia dalam pendekatan realitas adalah : 
  • Perlaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun psikologisnya
  • Jika individu frustasi karena gagal memperoleh kepuasan dia akan mengembangkan identitas kegagalan atau sebaliknya.
  • Individu mempunyai kemampuan untuk mengubah identitasnya dari identitas kegagalan keidentitas keberhasilan
  • Tanggung jawab sangat penting bagi manusia
  • Penilaian sangat penting bagi individu untuk menentukan apakah dirinya termaksud identitas kegagalan atau keberhasilan.

D. Karateristik Pendekatan Realitas


Adapun pendekatan karakteristik pendekatan realitas antara lain :


  • Menolak konsep penyakit mental
  • Berfokus pada tingkah laku sekarang
  • Menekankan pada pertimbangan nilai
  • Tidak menekankan transterensi
  • Menekankan pada aspek kesadaran
  • Menghapus hukuman
  • Menekankan pada tanggung jawab

E. Konsep Dasar Pendekatan Realitas


Adapun konsep dasar pendekatan realitas adalah sebagai berikut :
  1. Right adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum dll.
  2. Reality adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada 
  3. Responbility adalah bertanggung jawab, yaitu bertingkah laku memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan orang lain

F. Tujuan Pendekatan Realitas


  1. Menolong individu agar mau mengurus dirinya sendiri
  2. Mendorong klien agar mau bertanggung jawab
  3. Mendorong merencanakan rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

G. Teknik-teknik Pendekatan Realitas


Adapun teknik-teknik dalam pendekatan realitas yakini :
  1. Terlibat dalam permainan peran klien
  2. menggunakan humor
  3. Mengkonfrontasi klien dan menolak dalil apapun
  4. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tidakan
  5. Bertingkah sebagai model dan guru
  6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
  7. Menggunakn terapi kejutan verbal
  8. Melibatkan diri dengan klien dengan upaya mencari kehidupan yang lebih efektif

Bab VI

A. Pengertian Konseling Kelompok


Pengertian Konseling kelompok menurut para ahli antara lain sebagai berikut :
  1. Gazda (1984), dan Shertzer mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari
  2. Hanzer, Warne dan Smith (1984) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah merupakan cara yang amat baik untuk menangani-menangani konflik-konflik antar pribadi dan memenuhi individu dalam upaya pengembangan pribadinya
  3. Rohman Natawidjaja (1987), Mengungkapkan bahwa konseling kelompok adalah upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perubahan dan pertumbuhannya.

B. Tujuan Konseling kelompok


Ada beberapa ahli yang memberi pendapat mengenai konseling kelompok diantaranya:
  1. Menurut winkel (2004) tujuan keonseling kelompok sebagai berikut :
    Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri.
    Para ahli anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota yang lain secara terbuka dengan saling menghargai, dan menaruh perhatian dll.
  2. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2004) Tujuan konseling kelompok antara lain :
    Melatih anggota lain agar mampu berbicara dengan orang banyak
    Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok dll

C. Struktur dalam konseling kelompok


Konseling kelompok memiliki struktur yang sama dengan terpai kelompok pada umumnya. truktur kelompok yang dimaksud menyangkut :
  1. Jumlah anggota kelompok, yakni 4-12 orang
  2. Homo genitas kelompok
  3. Sifat kelompok
  4. Waktu pelaksanaan

D. Beberapa pendekatan konseling kelompok


Beberapa bentuk investasi psikososial yang menggunakan pendekatan kelompok adalah bimbingan kelompok, psikoterapi kelompok, disfusi kelompok, pendekatan kelompok tersebut dapat dibedakan menjadi : Psikoterapi kelompok, konseling kelompok, kelompok latihan perkembangan, diskusi terfokus self-helf atau forum kelompok.

E. Tahapan Kelompok


Konseling kelompok diberikan secara bertahap antara lain :
  1. Prakonseling , Pembentukan kelompok
  2. Tahap 1 : Tahap permulaan
  3. Tahap 2 : Tahap transisi
  4. Tahap 3 : Tahap kerja-koherasi dan produktifitas
  5. Tahap 4 : Tahap akhir

Bab VII

Pendekatan Analisis Transaksional


A. Definisi pendekatan analisis transaksional


Analisis transaksional (TA)  adalah merupakan teori kepriadian dan sistem yang teroganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan permis-permis masa lalu yang pada suatu waktu-waktu sesuai dengan hidup kita tetapi yang mungkin tidak legi berlaku

Analisis transaksionalnya awalnya dikembangkan oleh Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai psikoanalisis Freud dan Psikiante. TA berevolusi dari ketidak puasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka.

B. Hakikat Manusia

1. Setiap Individu merupakan kesatuan dari tiga ego state yaitu :
  • Ego state adult (ESP) : di dunia oleh perintah, peringatan sanksi dan berorientasi pada nilai/moral ; cenderung statis
  • Ego state (ESA) : Bereaksi pada fakta dan diwarnai oleh pertanyaan apa, mengapa, bagaimana? cenderung kepada peruahan dinamis
  • Ego state chilt (ESC) : Spontan, kreatif, senang/gembira, penuh gaya, dan banyak diwarnai oleh perasaan dan gaya : cenderung statis
2. Motifasid Hidup 
a. Kebutuhan hidup
b. Kebutuhan psikologis, antara lain:
  • Stimulus Hanger and Stokes : perlunya perhatian dan belaian dari orang lain
  • Time Structuring : pemanfaatan waktu selama 24 jam sehari dalam mengantisipasi/menerima stimulus stokes dengan pola WIRPAGIN
Withdrawel : menarik diri
  • Rituals : sekedar basa basi dalam memberikan respon terhadap ransangan dari orang lain.
  • Pastimes : pembicaraan untuk sekedar mengisi waktu
  • Activites : melakukan sesuatu kegiatan yang sudah bertujuan
  • Gemes : bermain bersama orang lain atas dasar aturan tertentu
  • Intimacy : berhubungan sangat akrab dengan orang lain
  • Life position : bagaimana hubungan orang lain dengan diri sendiri
    I am oke - you are oke (soko)
    I am oke - you are not oke (sokto)
    I am oke - you are oke (stoko)
    I'am Not oke-you are not oke (stokto)
  • Injuction : Perintah yang harus dilaksanakan menghasilkan STO
  • Permition : Kebebasan bertindak bagi anak hal ini menghasilkan SO
  • Life scrript : rencana hidup untuk mewujudkan life position yang telah dipilih
  • Counter script : kondisi yang berlawanan dengan life script hal ini merupakan selingan singkat dari life script yang berkepanjangan 
3. Transaksi 
Komunikasi antar individu, antara lain :
  • Complementary : sejajar 
  • Crossed : silang
  • Ulterior : terselubung
C. Perilaku Bermasalah 

Perilaku bermasalah menurut konseling analisis transaksional antara lain : 
  • Pemeliharaan orangtua kurang sehat sehingga
  • anak memilih stoko
  • tidak mampu mempergunakan ego state dengan baik
  • life position yang dipilih cenderung menjadi dasar bagi pembentukan tingkah laku individu yang bersangkutan

D. Karakteristik Dari Pendekatan Analisis Transaksional

  • Konselor analisis transaksional adalah individu yang lebih banyak berperan dalam proses kelompok dan juga sebagai pemimpin yang memiliki keahlian dalam menganalisis status ego, transaksi, permainan, dan naskah hidup
  • Konselor juga harus memiliki kapasitas diri sendiri untuk mengadakan interaksi, komunikasi/transaksi dengan klien secara teruka, penuh kehangatan dan kemurnian
  • Konselor harus memiliki kemampuan untuk membaca dan mengamati tingkah laku klien baik secara lansung maupun secara tidak lansung baik formal maupun non formal
  • Berpengalaman dalam konseling kelompok

E. Tujuan Konseling Transaksional

  1. Mengkontaminasi Ego State yang terganggu
  2. Membantu menggunakan ketiga Ego state secara baik dan lentur
  3. Membantu menggunakan ego state adult secara optimal
  4. Mendorong berkembangnya :
    Life position SOKO
    Life script baru dan produktif

Bab VIII

Pendekatan Direktif 


Pendekatan direktif juga disebut sebagai konseling berpusat kepada konselor ()counsel-centered approc). Konseling direktif adalah pendekatan dimana konselor yang berperan akti di dalam pengentasan masalah-masalah klien

Dalam konseling direktif konselor yang mendominasi seluruh interaksi dengan klien, sebaliknya para klien adalah sangat pasif dan cenderung menerima serta tentunya diharapkan akan menyetujui dan melaksanakan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh konselor. 

Willimson (1950) membagi kegiatan ini menjadi 6 langkah-langkah yang dikutip oleh shetzer dan stone (1980) sbb:
  1. Analisis adalah mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk memahami klien
  2. Sintetis, mengelompokan dan meringkas data yang diperoleh untuk menentukan kekuatan yang dimiliki klien dan bertanggung jawab terhadap kemungkinan apa yang bisa dilakukan
  3. Dianosis, menyimpulkan penyebab masalah dan menyimpulkannya
  4. Prognosis, perkiraan konselor mengenai perkembangan klien lebih lanjut dan implikasi dari diagnosis yang telah dilakukan
  5. Konseling, langkah-langkah yang diambil oleh konselor dan klien kearah penyesuaian diri kembali
  6. Kelanjutan, meliputi semua hal yang telah dilakukan konselor terhadap klien kearah penyesuaian diri kembali

Garis besar dari pendekatan Non Direktif diberikan oleh Demos dan Grant (1973) sbb:

  1. Bertumpu pada data yang telah dikumpulkan oleh konselor
  2. Bersangkut paut dengan isi intelek
  3. Lebih banyak berpusat pada hal-hal ilmiah
  4. Terutama berhubungan dengan bidang jabatan
  5. Menitik beratkan pada masalah - masalah yang dihadapi klien

No comments:

Post a Comment