Tuesday, August 16, 2016

Contoh makalah perubahan fisiologis pada masa nifas

Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Periode pascapartum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerpurium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, peraat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan dan perilaku bayi baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak. Bab ini membahas perubahan anatomi dan fisiologi wanita setelah melahirkan.

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan :

  1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan III
  2. Menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada saat masa nifas.

Bab II
 Tinjauan Teori

A. Pengertian Nifas 


Masa nifas (Puerperium) disefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencangkup enam minggu beriktnya terjadi involusi kehamilan norma (hughes, 1972).

B. Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas


a. Uterus 

Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan.
Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.

Proses katabolisme sebagian besaar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
  • Ischhemia Myometrium 
    Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
  • Autolysis 
    Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan
b. Vagina dan Perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispereunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya anita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri. 

Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada wanita nulipara. 

Pada umumnya Episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, panas, merah, bengkak atau rabas) atau tepian inisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlansung dalam 2 sampai 3 minggu.

c. Perubahan Sistem Perkemihan


Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum. 40% ibu postpartum tidak mempunyai proteinu yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua postpartum, keculai ada gejala infeksi dan preklamsi.

Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari utera sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kepasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual.

Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dialatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.


D. Perubahan Tanda-tanda Vital


Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperatur kembali kenormal dari sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum. Nadi dalam ke adaan normal kecuali partus lama dan persalinan sulit.

Dalam buku keperawatan maternitas, terdapat table perubahan tanda vital sebagai berikut:




Nomor

Tanda Vital

1

Temperatur
Selama
24 jam pertama dapat meningkat saampai 38 derajat selsius sebagai akibat efek
dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak harus demam.

2

Denyut
nadi
Denyut
nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama
setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurundengan frekuensi yang tidak
diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi
kewmbali ke frekunsi sebelum hamil.


3

Pernapasan
Pernapsan harus berada dalam rentang normal
sebelum melahirkan

4

Tekanan
Darah
Sedikit berubah atau menetap.






































E. Perubahan Sistem Endokrim 


a. Oksitosin

Oksitosin dikeluaran oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di alam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada aktu yang sama membantu proses involusi uterus

b. Prolaktin

Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dai payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.

c. HCG, HPL, Estrogen dan Progesterone 

Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL, Estrogen dan Progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya stelah 7 hari

d. Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi

Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi seblum 20 minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu. 


Bab III
Penutup

A. Kesimpulan 

Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan-perubahan fisiologis pada saat setelah melahirkan (masa nifas). Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan pada sistem reproduksi. Perubahan tersebut antara lain perubahan pada vagina dan perineum, seviks, uterus dan juga otot penopang panggul.

B. Saran

Untuk menghadapi perubahan pada sistem reproduksi ini, bidan memerlukan manajemen yang baik, agar ibu nifas mempu melaluinya dengan baik. Selain itu penting adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi saat masa nifas, agar ibu mampu membedakan antara perubahan yang fisologis atau patologis pada saat masa nifas.


Daftar Pustaka 

Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005. Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan.  Jakarta : PT Bina Pustaka

Varney,Helen, dkk. 2003.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment