Tuesday, August 2, 2016

Pengertian dan sejarah semantik

A. Pengertian Semantik

Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebgai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). 

Istilah lain yang pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan semetik. Pembicaraan tentang makna katapun menjadi objek semantik. Itu sebabnya Lehre (1974:1) mengatakan bahwa semantik adalah studi tentang makna (lihat juga Lyons I, 1977:I), bagi lehre semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi.

Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli menjadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru di harapkan dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cangkupannya.
  1. Charles Morrist
    Mengemukakan bahwa semantik menelaah "hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut".
  2. J.W.M Verhaar : 1981:9
    Mengemukakan bahwa semantik (inggris:semantik) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
  3. Lehrer ; 1974:I
    Semantik adalah studi tentang makna. bagi lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
  4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979:195)
    Semantik mengansumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang merpakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
  5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996:313)
    Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara
  6. Dr. Mansoer pendeta
    Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna
  7. Abdul Chaer
    Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik)
Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Semantik sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa inggris disebut meaning. 

Kata semantik sendiri berasal dari bahasa yunani, yaitu sema (kata benda) yang berarti "menandai" atau "lambang". Kata kerjanya adalah semaino yang berarti "menandai" atau "melambangkan". Kemudian semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan sesuatu yang ditandainya.

Namun istilah semantik sama halnya dengan kata semantique dalam bahasa perancis yang diserap dari bahasa yunani yang diperkenalkan oleh M. Breal. didalam kedua istilah semantics dan semantique, sebenarnya semantik belum secara tegas membahas makna karena lebih banyak membahas tentang sejarahnya.

Selain itu istilah semantik dalam sejarah linguistik digunakan pula istilah seperti semiotika, semiologi, sememik, dan semik yang merupakan bidang studi yang mempelajarimakna dari suatu lambang atau tanda pada objek cakupan yang lebih luas yakni mencangkup lambang atau tanda pada umumnya. Berbeda dengan istilah sematik yang digunakan dalam bidang studi linguistik.

B. Sejarah Semantik

Semantik didalam bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris semantics, dari bahasa yunani sema (normia) 'tanda' : atau dari verba samaino 'menandai', 'berarti'. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.
Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philologicl Association 'organisasi filologi amerika' dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. 

Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel 'An Account of the word Semantics (word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul "le lois intellectuelles du language" mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalam keilmuan, di dalam bahasa perancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantics).
  1. Historical semantics ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan unsur-unsur luar biasa, misalnya perubahan makna dengan logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai de Semanticskue. (akhir abad ke-19). Reigs (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi adal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna sintaksis, tta kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna).

    Semiologi sebagai ilmu baru pada 180-195 itu belum didasari sebagai semantik. Istilah semasiologi sendiri adalah isitilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan pemikiran reisgh tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni : masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig, maka ini disebut Ullman sebagai 'Undergound' period.
  2. Masa kedua yakni semantik sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantics, dengan munculnya karya clasik Breal (1883).
  3. Masa perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya fiolog swedia Gustaf Stern (1931) yang berjudul 'Meaning and Change of meaning With Special Reference to the English Language Stern melakukan kajian makna empiris.
Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de Semantikue dari Breal, yang kemudian pada periode berikutnya disusul oleh kerya stern. tetapi, sebelum kelahiran karya stern, di jenewa telah terbitkan bahan, kempulan kuliah dari seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de saussure, yang berjudul Cours de linguistikue General.

Pandagan Saussure itu menjadi pandangan aliran strukturalisme. Menurut pandangan strukturalisme de saussure, bahasa merupakan satu sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan (the whole unified). pandangan ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian, yang sangat kuat mempengaruhi sebagai bidang penelitian, terutama di Eropa.

Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandagan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:

  1. Pandangan historis mulai ditinggalkan
  2. perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kota
  3. semantik mulai dipengaruhi stilistika
  4. studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
  5. hubungan antara bahasa dan pikiran mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menentukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhdap Sapir Whorf, 1956- Bahasa cermin bangsa)
  6. semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis)
Pada tahun 1923 muncul buku The meaning of meaning karya ogden dan Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar yakini, "thought of reference" (pikiran) sebagai unsur yang enghadirkan makna tertentu yang meiliki hubungan signifikan dengan referent (acuan). pikiran berhubungan lansung dengan simbol (lambang). lambang tidak memiliki hubungan lansung dengan simbol 9lambang). lambang tidak memiliki hubungan yang yang arbitrer. 

sehubungan dengan meaning, para pakar semantik bisa menetukan fakta bahwa asal kata meaning ( nomina) dari to mean (verba), didalamnya banyak mengandung 'meaning' yang berbeda-beda. leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan ' the meaning of meaning' yang diperlukan untuk pengantra studi semantik. mereka sebenarnya cenderung menrangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain. para ahli sendiri masi memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.

C. Semantik dan Disiplin Ilmu lain

Persoalan makna bukan hanya dipelajari dalam semantik tetapi juga filsafat, logika dan psikologi. dengan kata lain bahwa adanya hubungan antara linguistik yang memeajari makna dengan disipin ilmu-ilmu lain di atas. hubungan tersebut dikemukakan oleh George (164:24) sebagai berikut :
"Telah diketahui bahwa manusia dalam berkomunikasi menggunakan kalimat (namun ada pula yang berkomunikasi secara non verbal. kkalimat merupakan kajian sintaksis, seedangkan kalimat diucapkan oleh manusia mengandung makna. Dengan demikian dapat dilihat adanya hubungan antara tatanan linguistik berupa sintaksis dan semantic".

Lebih lanjut George (1964) berpendapat bahwa selain hubungan aturan linguistik, psikologi, logika dan filsafat, tampak pula kedudukan pragmatis semnatis behavioral. kemudian ada pula hubungan antara linguistik , psikologi, logika dan filsafat, tampak pula adanya filsafat linguistik.

Batas-batas pendekatan seorang lingius, filsuf, psikolog, dan orang yang bergerak dalam bidang logika dalam semantik susah untuk dijelaskan.

Semantik sebagai ilmu, memelajari pemaknaan dalam bahasa dan terbatas pula pengalaman manusia. Jadi, secara ontologisme semantik membatasi masalah pada pengalaman yang dikajinya hanya pada persoaalan yang terdapat di dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. Selain itu semnatic membicarakan apa yang ditandai. Hal tersebut dikemukakan oleh Morris (1946) dalam bukunya berjudul signa, language dan behavior. jadi jika seekor anjing bereaksi berharap adanya makanan apabila mendengar bel, maka bel tersebut sebgai penanda adanya makanan.

Sifat kemajemukan bahasa sering menimbulkan kekacauan semantik, misalnya dua orang sedang berkomunikasi menggunakan kata yang sama untuk pengertian yang berbeda, atau sebaliknya. Namun kekacauan semantik dapat dihindari dengan prinsip kooperatif. Namun kempson (1997:6) Prinsip kooperatif terhubung dengan kuantitas kata, kuantitas pembicaraan, hubungan pembicaraan dan penyampaiannya jelas.

No comments:

Post a Comment