Antropologi berasal dari kata antropos (bahasa Yunani) yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu.
Pengertian Antropologi dari arti kata adalah Ilmu pengetahuan tentang manusia, atau kumpulan ilmu mengenai manusia dalam segala aspek.
Beberapa batasan pengertian antropologi antara lain dikemukakan oleh :
- Ralp Linton dalam bukunya The study of Man, mengemukakan bahwa antropologi adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dan segala tingkah lakunya.
- Ruth Beneict dalam bukunya Pattam Of Culture, mengemukakan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
- Melville Jacobs dan Bernhard J, dalam bukunya General Anthoropology, mengemukakan bahwa antropologi adalah suatu studi ilmiah yang mempelajari perkembangan jasmani, sosial dan kerbudayaan serta tingkah laku manusia sejak ia muncul di permukaan bumi ini.
B. Ruang Lingkup Kajian Antropologi
Menurut lazimnya terutama di Eropa Barat, Antropologi dibagi kedalam sub disiplin yang besar, terdiri atas :
1. Antropologi Fisik (biologi), yang mempelajari sifat-sifat jasmaniah dari pada manusia, di dalamnya termasuk rasiologi yakni ilmu-ilmu tentang ras-ras atau rumpun bangsa di atas bumi ini. Antropologi fisik terbagi atas :
- Paleo-antropologi adalah ilmu yang meneliti soal asal usul atau soal terjadinya dan evolusi mahluk manusia dengan mempergunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil manusia dari zaman dahulu, yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi yang harus didapat oleh peniliti dengan berbagai metode penggalian.
- Antropologi Fisik dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya yang memakai sebagian bahan penelitian ciri-ciri tubuh, baik yang lahir 9(Fenoripik) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh,maupun bagian dalam (genotipik) sperti frekuwensi golongan darah dan sebagainya.
2. Antropologi Kebudayaan, mempelajari kultur manusia, didalamnya termasuk juga ethonologi dan prasejarah, dalam arti sempitnya, yang terdiri dari :
- Etnolinguistik atau antropologi linguistik adalah suatu ilmu bagian yang pada asal mulanya berkaitan erat dengan ilmu antropologi. Bahkan penelitian yang berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar diberbagai tempat dimuka bumi ini, terkumpul bersama-sama dengan bahan kebudayaan suku bangsa. dari bahan ini telah berkembang berbagai macam metode analisa kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisa serta mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan metoe tersebut sekarang telah terolah juga dalam ilmu linguistik umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik diberbagai pusat ilmu pengetahuan di dunia masih tetap berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan merupakan bagian dari ilmu antropologi.
- Prehistori (prasejarah) mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi, dari zaman manusia sebelum mengenal huruf. Sub ilmu prehistori di Indonesia sering juga dinamakan Ilmu arkeologi. ilmu arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori di Indonesia dan diteruskan sampai masa jatuhnya negara-negara indonesia-hindu dan lenyapnya kebudayaan indonesia hindo. Ilmu Prehistori di Indonesia merupakan suatu ilmu yang sangat mudah, dan baru mulai sekitar tahun 1920, dengan penelitian-penelitian para pendekar Ilmu itu seperti A. J. J. T. A. T. Van Der Hoop dan C. T. Van Stein Callenfels. pada masa sekarang, secara resmi ilmu prehistori Indonesia merupakan bagian dari pada ilmu arkeologi indonesia, dalam belum pernah dihubungkan dengan ilmu antropologi indonesia. Dengan demikian ilmu Prehistori di Indonesia berlainan dengan di Uniersitas-universitas Negara lain, tidak merupakan suatu ilmu bagian dari antropologi.
- Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai azas-azas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari ebanyak mungkin suku. mungkin suku bangsa yang tersebar dari seluruh muka bumi pada masa sekrang ini.
- Antropologi spesialisasi dalam ilmu antropologi dalam lama berkembang khususnya penelitian masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Sejak tahun 1930, seorang ahli antropologi inggris yang bernama R.Firth, telah mulai meneliti dengan metode-metode antropologi gejala-gejala ekonomi pedesaan, penghimpunan modal, pengarahan tenaga, sistem-sistem produk dan pemasaran lokal dari hasil pertanian dan perikanan di Ocenia dan Malaysia. dengan berbagai aktifitas penelitian para murid Firth dan ahli-ahli antropologi lain telah menciptakan spesialisasi antropologi yang pertama yakni antropologi ekonomi ( economic antropology ). Munculnya spesialisasi tersebut, kemudian diikuti oleh spesialisasi Antropologi lainnya yang berkembang pesat setelah perang dunia ke II. Adapun antropologi spesialisasi yang berkembang kemudian antara lain Antropologi Politik, antropologi kependudukan, antropologi hukum, antropologi pendidikan, antropologi gizi, antropologi perkotaan, antropologi ekologi, antropologi agama, antropologi kesehatan, antropologi psikologi, antropologi ekonomi, antropologi ekonomi dan sebagainya.
C. Sejarah Perkembangan Antropologi
Ilmu antropologi sebagai ilmu yang masih mudah usiahnya, meulai mendapat perhatian dari kalangan ilmuan sejak timbulnya imprealisme negeri barat sekitar abad 15/16 M. Pada waktu itulah banyak orang-orang barat mengadakan perjalanan keluar Eropa, seperti musafir-musafir, Peneta-pendeta penyiar agama nasrani, pelaut-pelaut, dan pegawai-pegawai pemerintah jajahan, yang mengumpulkan suatu laporan tentang semua masyarakat yang di datangi dalam bentuk kisah-kisah perjalanan, adat istiadat penduduk dan ciri-ciri masyarakat yang di datanginya. kemudian laporan-laporan tersebut diberi nama etnografi yang berarti pelukisan tentang suku bangsa.
Pada tahun 1839, banyak pengamat-pengamat yang tertarik tentang laporan ini, mengadakan suatu pertemuan dikota paris, yang kemudian membentuk suatu organisasi ilmiah yang disebut "Societe Ethnologiue". Namun sebelum tarik masehi, sudah ada orang yang boleh dikatakan sebagai Etnograf-etnograf seperti, Herodotur (485-425 SM) seorang musafir ulung dan banyak menulis bangsa-bangsa yang mereka kunjungi, kemudian Facitus (155-117 SM) seorang bangsa romawi yang menulis mengenai bangsa biadab di eropa utara, dan Magasthenes (302-288 SM) bangsa Yunani yang telah memberikan gambaran sistem kasta orang India setelah mereka mengadakan kunjungan ke India, juga etnograf-etnograf yang lahir setelah tarikh Masehi seperti : Fa-Hien (5 M) yang telah menulis kebudayaan orang India, Alebruni (1030 M) seorang sarjana Muslim yang telah banyak berkelana ke seluruh india dan melukiskan beberapaapek kebudayaan mereka, dan Ibnu Khaldum (1232-1408 M) seorang sarjana Muslim bangsa Tunisia yang mengarang tentang naskah-naskah etnologi dan sosiologi.
Berikut ini dikemukakan fase-fase perkembangan ilmu antropologi secara singkat :
1. Fase ke I ( sebelum 1800 M)
Pada fase ini , dimulai dengan
adanya laporan-laporan kaum musafir, pendeta-pendeta penyiar agama nasrani,
pelaut-pelaut, dan pegawai-pegawai pemerintahan, tentang pelukisan adat
istiadat, bentuk-bentuk masyarakat, ciri-ciri tubuh dan bahasa dari suku bangsa
di luar eropa seperti suku bangsa di afrika, asia, ocenia dan bangsa indian di
amerika yang semuanya tentu berbeda dengan adat istiadat, ciri-ciri tubuh,
bahasa-bahasa dan bentuk-bentuk masyarakat bangsa eropa. Pelukisan-pelukisan
ini merka sebut Etnografi (ethno=bangsa, suku bangsa, grafi=lukisan atau
gambaran), karena etnografi ini sangat aneh menurut mereka, sehingga menarik dikalangan
orang terpelajar di Eropa, namun timbul juga pandangan-pandangan dikalangan
bangsa eropa terhadap bangsa-bangsa di afrika, asia, ocenia, dan orang india
yakni :
- Banyak orang Eropa yang
memandang orang diluar eropa sebagai bangsa-bangsa yang bukan sebenarnya,
manusia liar, turunan iblis dan lain sebagainya.
- Banyak juga yang menganggap
bangsa-bangsa di luar Eropa yang belum di masuki kejahatan dan keburukan,
seperti yang terdapat dalam masyarakat bangsa-bangsa eropa barat.
- Tetapi ada juga bangsa eropa
yang tertarik dengan adat istiadat, benda-benda kebudayaan dari suku
bangsa-bangsa di afrika, asia, dan sebagainya.
2. Fase II (Pertengahan abad ke 19)
Pada fase ini integrasi
sungguh-sungguh mulai timbul, dengan munculnya kerangka-kerangka yang menyusun bahan
etnografi yang berdasarkan atas cara berfikir evolusionisme masyarakat.
masyarakat manusia dan kebudayaannya berevolusi dengan amat lambat, dari rendah
ketempat yang lebih tinggi, sedangkan bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia
yang tinggi adalah bentuk manusia di eropa barat. Begitulah cara berfikir
orang-orang eropa. Dengan timbulnya karangan-karangan yang mengklarifikasikan
bahan-bahan tentang kebudayaan yang beraneka warna dari seluruh dunia ke dalam
tingkat evolusi tertentu, maka timbulah ilmu antropologi yang bertujuan untuk
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat sejarah evolusi dan sejarah persebaran
kebudayaan manusia.
3. Fase III (Permulaan abad ke 20)
Ilmu antropologi dalam fase menjadi
suatu ilmu praktis yang bertujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan
bangsa-bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintah kolonila serta
memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat - masyarakat yang kompleks
melalui bentuk-bentuk masyarakat yang masih sederhana.
4. Fase IV (Sesudah kira-kira Tahun
1930)
Ilmu antropologi pada fase ini
mengalami perkembangan yang pesat, baik pertambahan akan bahan pengetahuannya
maupun mengenai metode-metode ilmiahnya. Perhatian antropologi tidak lagi hanya
tertuju pada penduduk daerah - daerah di luar eropa yakni daerah-daerah
pedesaan, tetapi juga ditujukan pada suku-suku bangsa di daerah eropa itu
sendiri pada masa ini, terlihat adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dunia:
- Timbulnya antipati terhadap
kolonialisme, terutama dampak setelah perang dunia ke II.
- Hilangnya dengan cepat bangsa
primitif (dalam arti bangsa-bangsa yang asli dari pengaruh
kebudayaan-kebudayaan Eropa-Amerika
Karena perubahan tersbut, ilmu
antropologi seolah-olah kehilangan lapangan. yakni bangsa-bangsa primitif (yang
tidak ada pengaruh bangsa Eropa). Namun terdorong untuk mengembangkan lapangan
penelitian yang baru. Tetapi tidaklah berarti bahwa warisan dari fase I, II,
III tentang bahan etnografi dan metode-metode ilmiahnya di buang begitu saja,
tetapi bahan etnografi dan metode itu dipakai sebagai landasan bagi
perkembangannya yang baru seperti di Amerika Serikat. Pada tahun 1951 Ilmu
Antropologi menjadi ilmu yang umum setelah di adakan simposium yang dihadiri
oleh 60 tokoh antropologi dari berbagai negara di Amerika dan ropa serta Uni
Soviet.
Tujuan Antropoogi dalam perkembangan
yang baru adalah :
- Mencapai pengertian mengenai
aneka warna mahluk manusia, kebudayaan serta masyarakat yang merupakan
tujuan akademiknya.
- Mempelajari manusia dalam
masyarakat pedesaan guna memajukan penduduk pedesaan tersebut yang
merupakan tujuan praktisnya.
No comments:
Post a Comment